| Home | Book-Literature | Inspiring-Religion | Economy-Business | Social-Cultural-Languange | Politics-Conspiracy | Health-Sport | Music-Movie | Femininity-Parenting |

Monday 19 May 2014

HARI KEBANGKITAN NASIONAL

      Postingan saya kali ini akan membahas tentang Hari Kebangkitan Nasional. Di negara kita setiap tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, tanggal tersebut diambil dari tanggal lahir organisasi Boedhi Oetomo (selanjutnya disebut BO).
Namun pernahkah kita berfikir apakah pemilihan tanggal tersebut tepat dan sesuai dengan sejarah? 
 

Tahukah anda bahwa BO sama sekali tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka? BO tidak berdiri atas paham kebangsaan tetapi chauvinisme sempit, di mana hanya orang Jawa dan Madura yang boleh menjadi anggotanya. BO sama sekali tidak menghargai bahasa Melayu sebagai bahasa asal dari bahasa Indonesia. Bahkan BO mendukung status-quo (mendukung penjajahan Belanda di Indonesia) dan para tokohnya merupakan tokoh Freemasonry.

Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei atau 16 Oktober?

    Dalam bahasa Arab, kebangkitan disebut An-Nahdhoh. Makna kebangkitan adalah kondisi dimana sekelompok manusia atau masyarakat terbebas dari kungkungan aturan manusia dan kembali kepada aturan ALLAAH SWT. Ini semua bisa terjadi jika manusia mau berubah, sebagaimana firman ALLAAH SWT dalam Al-Qur’an Surah Ar-Ra'd ayah 19, ”Sesungguhnya Allaah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

   Rasulullaah SAW telah mewajibkan umatnya untuk bersikap “Ilmu qabla amal” (Ilmu sebelum mengamalkan), yang berarti umat Islam wajib mengetahui duduk-perkara sesuatu hal secara benar sebelum mengerjakannya. Bahkan Sayyid Quthb di dalam karyanya “Tafsir Baru Atas Realitas” (1996) menyatakan orang-orang yang mengikuti sesuatu tanpa pengetahuan yang cukup adalah sama dengan orang-orang jahiliyah. Jangan sampai kita “Fa Innahu Minhum” (kita menjadi golongan mereka) terhadap kejahiliyahan.
Karenanya saya ingin mengajak pembaca sama-sama mengkaji mengenai Boedhi Oetomo, Hari Kebangkitan Nasional serta organisasi yang lain yang juga berperan penting dalam sejarah bangsa. Sebelumnya saya akan menguraikan profil Boedhi Oetomo dan silahkan pembaca sendiri yang menarik kesimpulan kemudian memutuskan, apakah tanggal 20 Mei pantas diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional?
Dr. Soetomo
    Para mahasiswa kedokteran STOVIA-Jakarta, dr. Soetomo dan kawan-kawannyalah yang memprakarsai pembentukan Boedhi Oetomo. Organisasi ini didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908. Perkumpulan ini dipimpin oleh para ambtenaar (para pegawai negeri yang setia terhadap pemerintah kolonial Belanda). BO pertama kali diketuai oleh Raden T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar kepercayaan Belanda, yang memimpin hingga tahun 1911. Kemudian diganti oleh Pangeran Aryo Notodirodjo dari Keraton Paku Alam Yogyakarta yang digaji dan juga patuh pada Belanda.

       Menurut KH. Firdaus AN. selaku mantan Ketua Majelis Syuro Syarikat Islam, BO tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan kemerdekan karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan BO tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan karena telah bubar pada tahun 1935. BO adalah organisasi sempit, lokal dan etnis, di mana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang Betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya.

  Bahkan pada rapat-rapat perkumpulan dan dalam penyusunan anggaran dasar organisasi, BO menggunakan bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia. “Tidak pernah sekali pun rapat BO membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka. Mereka ini hanya membahas bagaimana memperbaiki taraf hidup orang-orang Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Ratu Belanda, memperbaiki nasib golongannya sendiri, dan menjelek-jelekkan Islam yang dianggapnya sebagai batu sandungan bagi upaya mereka, ” lanjut KH. Firdaus AN.
Hal ini terbukti dari Anggaran Dasar BO Pasal 2 tertulis
Tujuan organisasi untuk menggalang kerjasama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis”.
Agama Islam merupakan batu karang yang sangat berbahaya. Sebab itu soal agama harus disingkirkan, agar perahu kita tidak karam dalam gelombang kesulitan”,
hal ini pernah diutarakan secara terang-terangan oleh Noto Soeroto, seorang tokoh BO, dalam pidatonya tentang Gedachten van Kartini alsrichtsnoer voor de Indische Vereniging.
Bukti lain dapat ditemukan pada artikel di Suara Umum, sebuah media massa milik BO di bawah asuhan Dr. Soetomo terbitan Surabaya, dikutip oleh A. Hassan di dalam Majalah Al-Lisan tertulis
Digul lebih utama daripada Mekkah, buanglah Ka’bah dan jadikanlah Demak itu kamu punya Kiblat!”
Islamophobi BO juga nampak pada tulisan Gunawan Mangunkusumo dalam Gedenboek Boedhi Oetomo,
Apabila Syarikat Islam, perkumpulan muslim sanggup menyiapkan bangsa Jawa untuk hidup berpolitik, kata ‘Islam’ itu harus kita isi pengertian lain yang tidak pernah ada di dalamnya. Pengertian ‘tanah air’ masih asing bagi kita.”
Kaum Abangan yang banyak berafiliasi ke BO pun menganggap Islamlah penyebab keruntuhan Kerajaan Majapahit dan kemunduran peradaban Jawa.
Bramartani (surat kabar berbahasa Jawa) memuat kisah penyerbuan Demak ke Majapahit, yang menjadi akhir sejarah imperium Jawa yang sangat diagung-agungkan oleh kaum Abangan Jawa. Isu tersebut dijadikan senjata utama kaum Abangan Jawa di BO untuk menyerang kelompok santri.

Arah perjuangan BO yang sama sekali tidak berasas kebangsaan, melainkan chauvinisme sempit sebatas memperjuangkan Jawa dan Madura saja telah mengecewakan dua tokoh besar BO sendiri, yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya hengkang dari BO.

Bukan itu saja, ternyata ketua pertama BO yakni Raden Adipati Tirtokusumo adalah seorang anggota Freemasonry1. Dia aktif di Loge Mataram sejak tahun 1895. Sekretaris BO (1916), Boediardjo, juga seorang Mason yang mendirikan cabangnya sendiri yang dinamakan Mason Boediardjo. Hal ini dipaparkan Dr. Th. Stevens dalam buku “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962”, yang merupakan buku yang dicetak secara terbatas dan didedikasikan untuk para Mason Indonesia jika pembaca ingin memilikinya dapat menghubungi penulis, silahkan tulis komentar di bawah postingan ini atau kirim email ke saya.

     Selanjutnya mari kita membahas organisasi kebangsaan pertama di Indonesia yaitu Syarikat Islam (selanjutnya disebut SI) dan perbandinganya dengan BO.

Syarikat Islam/ Syarikat Dagang Islam
    Tiga tahun sebelum BO dibentuk, Haji Samanhudi dan kawan-kawan mendirikan Syarikat Islam (awalnya bernama Syarikat Dagang Islam) di Solo pada tanggal 16 Oktober 1905. “Ini merupakan organisasi Islam yang terpanjang dan tertua umurnya dari semua organisasi massa di tanah air Indonesia, ” tulis KH. Firdaus AN.

     Berbeda dengan BO yang hanya memperjuangkan nasib orang Jawa dan Madura—juga hanya menerima keanggotaan orang Jawa dan Madura, sehingga para pengurusnya pun hanya terdiri dari orang-orang Jawa dan Madura—sifat SI lebih nasionalis. Keanggotaan SI terbuka bagi semua rakyat Indonesia yang mayoritas Islam. Sebab itu, susunan para pengurusnya pun terdiri dari berbagai macam suku dan daerah, seperti Haji Samanhudi berasal dari Jawa Tengah, HOS. Tjokroaminoto dari Jawa Timur, Agus Salim dan Abdoel Moeis dari Sumatera Barat, dan AM. Sangaji dari Maluku.

  Untuk mengetahui perbedaan mendasar antara BO dan SI, saya akan memaparkan perbandingan antara keduanya:
  1. Tujuan:
  • BO bertujuan menggalang kerjasama guna memajukan Jawa-Madura
  • SI bertujuan Islam Raya dan Indonesia Raya
  1. Sifat keanggotaan dan aspirasi:
  • BO besifat kesukuan yang sempit, terbatas hanya Jawa-Madura
  • SI bersifat nasional untuk seluruh bangsa Indonesia
  1. Bahasa:
  • BO berbahasa Belanda, anggaran dasarnya ditulis dalam bahasa Belanda
  • SI berbahasa Indonesia, anggaran dasarnya ditulis dalam bahasa Indonesia
  1. Sikap terhadap Belanda:
  • BO bersikap menggalang kerjasama dengan penjajah Belanda karena sebagian besar tokoh-tokohnya terdiri dari kaum priyayi pegawai pemerintah kolonial Belanda
  • SI bersikap nonkoperatif dan anti terhadap penjajahan kolonial Belanda
  1. Sikap terhadap Agama:
  • BO bersikap anti Islam dan anti Arab (dibenarkan oleh sejarawan Hamid Algadrie dan Dr. Radjiman)
  • SI membela Islam dan memperjuangkan kebenarannya
  1. Perjuangan Kemerdekaan:
  • BO tidak pernah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan telah bubar tahun 1935
  • SI memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mengantar bangsa ini melewati pintu gerbang kemerdekaan
  1. Korban Perjuangan:
  • Anggota BO tidak ada satu pun yang masuk penjara
  • Anggota SI banyak yang dijebloskan ke penjara, ditembak mati Belanda dan banyak anggotanya yang dibuang ke Digul, Irian Barat
  1. Azas/ dasar organisasi:
  • BO bersifat feodal dan keningratan
  • SI bersifat kerakyatan dan kebangsaan 
     
      Islam telah menjadi ideologi perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan kaum kolonialis Barat sejak mereka menjejakkan kakinya di Nusantara. Karenanya kolonialis beserta antek-anteknya berusaha menghancurkan Islam dari segala segi, yaitu segi ideologi, pemikiran, politik, budaya, perekonomian, militer, dsb. Melalui mesin-mesin propagandanya mereka menanamkan stigma jika Islam itu kolot, bodoh dan terbelakang; dan sebaliknya hanya Barat yang mempunyai peradaban tinggi, maju, cerdas dan paling manusiawi. Mereka menanamkan stigma tersebut ke para priyayi, ambtenar dan pelayan-pelayannya serta berusaha memisahkan elit bangsa ini (priyayi maupun kaum intelektual) dari rakyat jelata. Hasilnya beberapa elit bangsa ini patuh dan menjadi pembela kaum kolonialis Belanda serta memperburuk citra Islam.
Nah, dari paparan di atas bagaimana pendapat pembaca? Apakah sebaiknya Hari Kebangkitan Nasional dihapuskan saja? Atau diganti menjadi tanggal 16 Oktober ataukah tetap tanggal 20 Mei?
      Saya memposting ini bukan bermaksud untuk menjatuhkan BO. Namun semata-mata untuk membuka mata kita bersama agar lebih terbuka terhadap sejarah, kebenaran dan perjuangan para pejuang lain yang patut kita apresiasi juga. Agar kita lebih paham sejarah dan kebenaran serta betapa pejuang-pejuang Indonesia yang Islam sangat banyak jumlahnya. Bukan tidak mungkin memang ada yang sengaja untuk menutup-nutupi kenyataan yang sebenarnya demi memperoleh keuntungan dan tujuan yang diinginkan.
Mengenai Vritmejselareen atau Fremasonry dan organisasi turunannya, saya akan membahasnya di lain waktu, Insya ALLAAH. Silahkan disimak dan mohon dikoreksi jika ada kekeliruan. Saya juga berharap pembaca mau menambahkan jika ada yang kurang. Terima kasih.



Mereka berusaha hendak memadamkan nur (cahaya) ALLAAH dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi ALLAAH (justru) menyempurnakan nur-hidayah NYA (agama Islam) walau orang-orang kafir membencinya".
(QS. As-Shaff: 8)

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya”.
(QS. Al-Israa’: 36)

Sesungguhnya ALLAAH tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra'd: 19)

Orang-orang yang mengikuti sesuatu tanpa pengetahuan yang cukup adalah sama dengan orang-orang jahiliyah.”
(Sayyid Quthb)



[Referensi:
Rizki Ridyasmara-eramuslim.com,
Eramuslim Digest-Islamic Thematic Handbook,
islamuda.com,
Dr. Th. Stevens-Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962,
KH. Firdaus AN.-Syarikat Islam Bukan Budi Utomo: Meluruskan Sejarah Pergerakan Bangsa,
Al-Lisan nomor 24, 1938,
fadhahmad@yahoo.co.id]


1 Freemasonry (Vritmejselareen dalam bahasa Belanda) sejak tanggal 27 Februari 1961 dilarang oleh presiden Soekarno. Namun pada era reformasi saat presiden Abdurrahman Wahid/ Gus Dur berkuasa, mereka kembali lagi dengan paham Humanisme, Sekulerisme, Atheisme, dan Pluralisme agama yang dibawa agen-agen Zionis seperti Rotary Club, Lion Club, Asia Foundation, JIL, Paramadina, Freedom Institute, LibForAll, CSIS dan Opus Supremus)

No comments:

Post a Comment