| Home | Book-Literature | Inspiring-Religion | Economy-Business | Social-Cultural-Languange | Politics-Conspiracy | Health-Sport | Music-Movie | Femininity-Parenting |

Thursday 30 October 2014

HASHOMER: PELINDUNG YAHUDI

    Sebelum bangsa Yahudi Zionis mendeklarasikan berdirinya negara Israel di tanah Palestina dan membantai rakyat Palestina hingga sekarang, ternyata banyak jejak sejarah dan rekaman yang menerangkan bahwa tentara Isarel sudah menyiapkan seperangkat kelompok teroris yang akan bertugas membasmi rakyat Palestina dan mendirikan Negara ilegal Israel. Kenapa disebut ilegal? Karena secara syarat pendirian negara seharusnya Israel tak dapat berdiri. Syarat negara adalah mempunyai penduduk, wilayah dan kemudian kedaulatan. Sedangkan Israel pada saat itu tidak mempunyai wilayah, wilayah yang didudukinya adalah milik Palestina. Terkait penduduk pun Israel sebenarnya tidak bisa dikatakan mempunyai penduduk, penduduk yang mendiami Israel orang-orang dari berbagai negara lain di seluruh dunia yang dengan sukarela dan juga terpaksa berpindah ke Palestina atas propaganda para pendiri Zionis Israel. Berikutnya tentang kedaulatan atau pengakuan negara lain, bahkan sampai sekarang bagaimana mungkin Israel bisa dikatakan berdaulat jika didirikan di atas tanah dan negara lain dengan membunuh dan mengusir warga negara tersebut? Negara-negara arab, timur tengah dan negara-negara lain pun banyak yang tidak mengakui berdirinya Israel, negara yang mengakui bangsanya sebagai bangsa yang terbaik ini. Hanya saja dengan pengaruh, jejaring, diplomasi, propaganda, kekerasan dan segala cara lain mereka lakukan untuk mendirikan Israel Raya di bumi Palestina, bukan di negara lain.  
  
Sebuah data dan fakta mengenai milisi-milisi kelompok teroris Zionis yang memliki andil penting dalam memuluskan jalan berdirinya negeri Rasis Israel pada tahun 1948. Jadi apa yang dilakukan (baca: penjajahan dan pembunuhan massal)  Israel selama ini terhadap Palestina, utamanya di Gaza bukanlah sekedar reaksi atas perjuangan Hamas dan pejuang Palestina lain – yang sering dijadikan alasan dan pembenaran pihak Israel dan pembelanya, namun memang sudah dipesiapkan dan direncanakan sejak jauh-jauh hari bahkan berpuluh-puluh tahun lamanya.

     Seperti yang sudah saya janjikan sebelumnya, dalam kesempatan kali ini saya akan membahas tentang kelompok-kelompok teroris yahudi sebelum berdirinya Israel di negeri para nabi Palestina. Saya tidak akan mengupas sepak terjang seluruh kelompok yahudi itu dalam satu postingan, tapi saya akan coba mengulasnya secara berurutan dan bersambung.
Pertama saya akan mengulas tentang kelompok Hashomer.

CIKAL BAKAL HASHOMER

Anggota Hashomer (1909)
     Dalam bahasa Ibrani (Hebrew: השומר‎) yang merupakan bahasa resmi Zionis Israel, Hashomer (HaShomer) berarti penjaga atau pelindung (The Watchman). Kelompok ini termasuk organisasi teroris Zionis pertama dan terpenting sebelum pembentukan rezim Zionis Israel. Aktivitasnya adalah menjalankan aksi untuk melindungi koloni-koloni pemukiman Yahudi di Palestina.
Amos Perlmutter menulis, “Unit Pertahanan pertama Yahudi di pengungsian dibentuk di penghujung abad ke-19 di Eropa Timur. Pada tahun 1905, Partai Puali Zion yang didirikan sebelum gerakan Sosialis Zionis mengawasi pembentukan kelompok-kelompok pertahanan di Palestina. Pada tahun 1909 tempat mereka diambil alih oleh kelompok Hashomer.”

Menurut Madjid Sahafa mulanya Hashomer bukanlah merupakan kumpulan orang-orang Zionis yang sepaham, melainkan gabungan para aktivis Zionis dari Eropa Timur, Ukraina, dan Kaukasus. Belakangan, orang-orang Yahudi Marxis dari Rusia bergabung dan menciptakan spirit militerisme di dalam tubuh Hashomer.
Sedangkan Leonerd Mosely mengatakan bahwa pada tahun 1907 imigran Zionis membentuk sebuah organisasi militer bernama Bar Guevara (Komunitas Rahasia Yahudi) yang bertugas mengumpulkan informasi-informasi rahasia. Imigran yang membentuk Bar Guevara adalah Yitzhak Ben Tarvi, Alexander Zeid dan Israil Shuhet. Bar Guevara adalah cikal bakal Hashomer. Setelah dua tahun berjalan, reorganisasi pun dilakukan dan nama Bar Guevara kemudian diubah menjadi Hashomer.

METAMORFOSIS HASHOMER
     Meski mulanya Hashomer dibentuk untuk melindungi koloni-koloni pemukiman Yahudi, namun belakangan kelompok ini bermetamoforsis menjadi kelompok teroris, militer, dan spionase ZionismeHashomer memiliki pengaruh kuat pada sebagian besar organisasi-organisasi sosialis Zionis dan melancarkan aksi teror bagi rakyat Palestina.
Selain menjaga dan melindungi koloni-koloni Zionis di Palestina, Hashomer juga membangun beberapa koloni pemukiman Yahudi untuk ditempati oleh para imigran Yahudi yang datang dari Eropa Timur.
Koloni pertama dan kedua yang dibangun Hashomer adalah koloni Marjabia dan Tel Hadshim, dua-duanya terletak di Lembah Bisan. Selain itu Hashomer membangun koloni di Desa Mithlah di sekitar kawasan Jalil bernama Kofr Jaladi.

     Saat awal Perang Dunia I, Hashomer sempat dikejar-kejar oleh pihak Turki. Rahasia-rahasia kelompok Hashomer akhirnya terbongkar setelah penangkapan salah seorang anggota kelompok spionase Neili bernama Lisanisky. Kejadian ini berujung pada penangkapan 12 anggota Hashomer.
Meski demikian, orang-orang Turki tidak bisa memperoleh informasi lengkap perihal aktivitas anggota Hashomer dalam jaringan Zionis. Akhirnya Hashomer selamat dari pengejaran pejabat-pejabat Turki namun tidak bisa terbebas dari dampak spionase yang dilakukannya, yaitu pendeknya masa aktivitas organisasi dan pembubarannya.

     Setelah Palestina jatuh ke tangan Pasukan Inggris (Britania Raya) terbongkarlah bahwa beberapa pemimpin Hashomer bekerja pada sebuah jaringan spionase dan menjadi penghubung antara jaringan itu dengan komite politik Pishof. Meskipun belakangan diketahui bahwa sebagian bantuan dana itu tidak sampai ke tangan komite melainkan masuk ke kantong beberapa pengurus Hashomer.
Sepanjang periode kekuasaan Inggris atas Palestina, Hashomer meningkatkan aksi teror dan militernya terhadap warga Palestina dan Inggris.
Hashomer Memorial (Tel Hai)
Akhirnya pada permulaan dekade abad ke-20, ketika kaum Zionis merasakan kebutuhan mendesak untuk membentuk sebuah kekuatan militer besar, Hashomer pun mengusulkan pembentukan organisasi Irgun HaHagannah Ha’vri (Haganah) dan segera berinisiatif mendirikannya. Namun beberapa anggota Hashomer menolak usulan tersebut dan lebih memilih membentuk kelompok perang kecil bernama Brigade-Brigade-Perang. Kelompok ini pun tetap berbentuk seperti ini, hingga revolusi terhadap rakyat Palestina meletus pada tahun 1929. Di kemudian hari, akhirnya mereka terpaksa bergabung dengan Haganah (baca: hah gah nah)

MEMBER
Anggotanya yang merupakan tokoh terkenal diantaranya:
  • Israel Shochat (one of the founders and leaders of the movement)
  • Manya Shochat (the mother of collective settlement in Israel)
  • Yitzhak Ben-Zvi (second President of Israel as well as a founder)
  • Alexander Zaïd (a founder)
  • Mendel Portugali (a founder)
  • Israel Giladi (a founder)
  • Yehezqel Nissanov (A founder)
  • Eliyahu Golomb (one of the major Haganah leaders)
  • Haim Sturman (an active figure in the Haganah and the Jezreel Valley settlements)
  • Pinhas Sneerson (an active figure in "Gdudei HaAvoda" and the "Haganah")
  • Avraham Yosef Berl (the first fatality in the movement)
      Yutzhak Ben Tarvi (Yitzak Ben-Zvi) yang merupakan salah seorang pengurus Hashomer akhirnya berhasil menjadi presiden Israel dan Ben Gurion yang menjadi perdana menteri pertama Israel adalah salah seorang pendukung utamanya. 

(To be continued...)

     Postingan saya berikutnya akan membahas tentang kelompok atau organisasi yahudi yang pernah disinggung di atas, yaitu Irgun HaHagannah Ha’vri (Haganah), Insya Allaah. Ditunggu ya, dan jangan lupa subscribe atau follow. Jika ada yang salah mohon dikoreksi. Merci. :)




[Referensi: Islampos.com, wikipedia, Militer dan Politik di Israel, Negara FiktifGideon Goes To War]



 

Saturday 4 October 2014

INDIKASI KEHANCURAN ISRAEL




      Tahun 2014 menjadi tahun ke-66 penjajahan Israel atas tanah Palestina, sebuah catatan yang panjang sekali. Selama dalam kurun waktu tersebut, sekarang ini, hampir 80% wilayah Palestina sudah berhasil dikuasai oleh Zionis. Sehubungan dengan paham Anti-Semit yang merebak, banyak bangsa Yahudi yang “kembali” ke Israel (dalam bahasa Ibrani disebut dengan istilah “aliyaa”).
Paham Anti-Semit terjadi sedemikian rupa di luar perkiraan Israel sendiri. Isu Holocaut yang selama ini dijadikan pelindung bagi Yahudi, perlahan-lahan mulai surut dan bahkan banyak masyarakat Eropa sendiri yang tidak percaya kepada Holocaust sebenarnya. Di dalam negeri pun Israel tengah bertempur, para pemimpinnya saling sikut dan berebut kekuasaan. Friksi ini diyakini akan mengakibatkan tersendatnya kesatuan paham di antara mereka sendiri. Di sisi ekonomi, negara-negara yang selama ini memberikan bantuan kepada Israel mulai menuai protes dari rakyatnya untuk menghentikan kebijakan itu. Otomatis Israel menjadi sedikit limbung. Salah satu yang membuat Israel melakukan agresi ke Gaza pada tahu 2009 salah satunya adalah untuk mencari sumber minyak baru dan air. Sudah beberapa waktu belakangan ini, Israel dilanda kekeringan. Sementara Hamas, sebagai penentang Israel nomor 1, seperti diprediksi banyak orang, malah semakin kuat pasca-agresi ke Gaza. Beberapa hal tersebut oleh beberapa pengamat dijadikan sebagai indikasi ambang kehancuran negara Zionis yang ilegal. Uniknya, para analis Israel sendiri tidak menampik kekhawatiran ini. 

Inilah beberapa indikasi  kehancuran Israel:
1. Sebagai negara penjajah Israel jelas kehilangan kemampuannya untuk melakukan peleburan dengan bangsa lain di kawasan Timur Tengah. Ini karena Israel hampir tidak beda dengan Barat dan merupakan kepanjangan kepentingan dan politik mereka di Timur Tengah. Misalnya saja dengan Mesir. Meski pada intinya pemerintah Mesir berkongsi dengan Israel, namun masyarakatnya sendiri jelas-jelas menolak Zionis dalam bentuk apapun.
2. Israel mengalami ketimpangan secara demografi melawan pertumbuhan warga Arab. Hal ini nyata menimbulkan rasialisme terhadap warga Israel dari keturunan Arab dan terhadap warga Palestina. Israel akan berubah, seperti nasib Afrika Selatan pada masa rasialisme Apartheid. Pada akhirnya legalitas Israel akan tercerabut dan mereka akan dimusuhi. Fenomena ini sekarang sudah muncul secara internasional. Meski dukungan terhadap Yahudi di Amerika begitu kuat, mayoritas negara dunia tidak sepakat dalam hal ini. Apalagi jika strategi politik Arab menyerukan solusi satu negara dan bukan dua negara dalam menyelesaikan masalah konflik Palestina Israel.
3. Dunia semakin sadar tentang apa yang terjadi di Timur Tengah. Ini artinya tekanan masyarakat internasional terhadap pemerintah-pemerintahan mereka akan semakin kuat agar memiliki politik tegas terhadap Israel. Di Israel sendiri mulai ada sejumlah organisasi swasta mendukung aksi Anti-Israel dan melakukan aksi internasional melawan cara-cara Israel menghancurkan rumah warga Palestina dan pengusiran mereka. Dengan berangsurnya kemajuan ekonomi Negara-negara Timur Tengah, perimbangan dan bargaining perdagangan dengan sejumlah Negara akan mulai memaksa negara lain untuk mendukung kepentingan Arab. Secara otomatis Israel akan tercekik. Resesi ekonimi global menjadi jalan pembukanya.
4. Menurunnya jumlah militer Israel sebab jumlah kelompok usia tua militer Israel semakin tinggi. Di samping naiknya jumlah kelompok Yahudi ekstrem "harayadam" yang menolak bergabung dalam militer Israel. Sekarang ini, persentase mereka sudah mencapai sembilan persen dari warga Israel. Perang yang dilakukan Israel akan menimbulkan kerugian nyawa yang tidak terkira. Sementara bangsa Palestina, seperti yang sudah-sudah dan telah dibuktikan, akan selalu bisa bertahan dalam kondisi seperti ini.
5. Israel mengalami masalah sosial dan politik internal yang krusial. Perpecahan antara Kadima dan Likud akan terus berlanjut.  
6. Kelas terpelajar sekuler dari Barat mereka eksodus balik. Sehingga di Israel hanya akan tersisa kelompok ekstrem dalam politik dan agama. Perseteruan dua kelompok ini sangat panas sebab satu sama lain mengkafirkan.
7. Ekstremis dan fanatisme kelompok di Israel akan saling menghabisi. Ini barangkali yang digambar dalam Al-Quran, "kalian kira mereka berkumpul tapi hati mereka terpecah".

     Insya Allaah untuk postingan berikutnya saya akan membahas tentang sepak terjang kelompok-kelompok yahudi sebelum Israel berdiri di tanah Palestina.




[Sumber: Eramuslim.com]

Thursday 2 October 2014

YAHUDI BANGSA YANG TERKUCILKAN DARI EROPA

   “Dapatkah bangsa Yahudi tinggal di Eropa?” Mendengar pertanyaan ini, agak sulit untuk percaya, namun setelah 70 tahun berlalu dalam ketenangan, apakah memang masih ada tempat untuk eksistensi Yahudi di Eropa? Apakah tahun ini, bangsa Yahudi bisa tinggal di daratan ini, dalam sebuah komunitas tersendiri? Jawabannya, tersimpan di balik beberapa kejadian dan peristiwa yang terjadi berkaitan dengan bangsa Yahudi yang berdiaspora. Jangankan dalam sebuah komunitas secara perorangan pun, tingkah laku dan sifat mereka yang sejak dulu memang selalu tidak disukai.

     Pada masa yang lampau seorang Yahudi tidak bisa lagi berjalan tenang dengan menunjukan identitas keyahudiannya. Mereka tak lagi leluasa mengunjungi institusi Yahudi yang tidak dijaga oleh keamanan dan polisi, mereka sering merasa ketakutan dan akhirnya memilih untuk tidak keluar rumahnya. Mereka akan terus begitu dan hanya bisa ceria lagi manakala bertemu dengan kolega mereka, di sekolah, atau beberapa tempat lain. Di situlah mereka akan bisa memperlihatkan identitas diri mereka.
Turki, Prancis, dan Inggris seakan berubah menjadi neraka bagi orang Yahudi. Mereka harus menyembunyikan Bintang David dan pakaian unik mereka, dan sinagog sama sekali bukan tempat perlindungan yang baik. Jika kita amati, di Turki dan Itali, setiap toko yang dimiliki oleh orang Yahudi selalu saja dijaga oleh polisi. Perlahan-lahan bangsa Yahudi dipaksa pada sebuah kenyataan bahwa mereka adalah  suatu kaum yang diasingkan. Pengamat Israel menyimpulkan, Yahudi sekarang dalam keadaan ketakutan, malu dan patuh.

     Kebencian Eropa terhadap bangsa Yahudi sebenarnya mempunyai akar sejarah ratusan tahun. Sejak lama di berbagai negara Eropa, bangsa Yahudi mengalami diskriminasi. Penolakan mereka untuk beralih menjadi Kristen menyebabkan mereka dikucilkan dan tidak diterima sebagai warganegara. Mereka dipandang sebagai bangsa ingkar yang sudah dibuang Tuhan dan dicerca sebagai pembunuh Yesus. Penolakan mereka untuk memuliakan raja menyebabkan patriotisme mereka diragukan. Sedangkan di Eropa, hampir separuhnya menganut sistem monarki. Tidak heran jika mereka dilarang memiliki tanah dan banyak pekerjaan tertutup bagi mereka.

     Pada abad pertengahan, orang Yahudi hanya boleh tinggal di bagian-bagian khusus kota yang disebut ghetto, perkampungan yang dikelilingi tembok dan gerbangnya dikunci pada malam hari. Penghuni ghetto dilarang keluar pada hari-hari tertentu, misalnya pada hari wafatnya Yesus.
Kebencian yang tertanam tersebut sewaktu-waktu meledak menjadi kerusuhan luas berupa penjarahan dan pembantaian. Pada masa Perang Salib pertama tahun 1096, bangsa Yahudi mengalami pembantaian besar-besaran di Lembah Rhein. Pada akhir abad ke-13 orang Yahudi diusir secara besar-besaran dari Inggris,dan pada akhir abad ke-14 dari Prancis. Tahun 1492 pengusiran terbesar terjadi di Spanyol. Kepada orang Yahudi diberi dua pilihan, beralih memeluk agama Kristen atau angkat kaki. Hampir 150 ribu orang meninggalkan Spanyol, pindah ke negara-negara Islam di sekitar Laut Tengah. Yang tinggal mengalami penindasan karena ternyata hanya berpura-pura memeluk agama Kristen. Banyak diantara mereka yang dihukum bakar.

     Keadaan pemeluk Yahudi membaik seiring dengan revolusi dan kebangkitan kapitalisme di Eropa. Tahun 1743 pemeluk Yahudi di Inggris diakui sebagai warga negara. Bahkan di masa Ratu Victoria, seorang Yahudi bernama Benjamin Disraeli menjadi perdana menteri. Revolusi Perancis mengubah kehidupan orang Yahudi. Untuk pertama kalinya setelah seribu tahun mereka diakui sebagai warga negara tempat mereka tinggal.
Lantas bagaimana dengan keamanan di negeri-negeri Eropa ini?  
Anti-Semitisme adalah fenomena Eropa, dengan jutaan orang yang sekarang tersebar di daratannya dan memantik konflik dengan Israel dan Yahudi. Krisis ekonomi global menjadi isu pendukung bahwa Yahudi memang penyebab semuanya. Trend ini berkembang pesat di seluruh dunia bahkan kondisi Israel persis seperti dulu – terpojok dan terkucilkan.

     Setelah Perang Dunia II, Yahudi selalu menempel di negara-negara yang kaya. Tapi Yahudi sekarang mempunyai negara; negara yang kaya dan sukses dengan standar Eropa. Pendapatan perkapita penduduk Inggris saat ini adalah $39,000 dan Israel sudah mencapai $29,000! Israel bahkan sekarang sudah menjadi 10 negara terkaya di dunia. Kini, ketika Anti-Semit meluas, pemerintah Israel sudah menyerukan semua bangsa Yahudi di Eropa untuk menetap di Israel (tanah rampasan hasil menjajah Palestina).
Pemerintah Israel menegaskan pada warganya bahwa mereka memiliki tanah air, jadi mengapa harus menjadi warga negara kelas dua di negeri lain? Mengapa menjadi takut akan identitas Yahudi? Jika saja orang Yahudi mau tinggal di Palestina maka nasib 750.000 anak-anak Yahudi yang tersebar di Eropa Barat akan mempunyai masa depan yang jelas. Inilah tujuan obyektif dari Zionisme. Bukankah ketika datang pertama kali ke tanah ini, Zionisme begitu menginginkan rumah pelindung untuk bangsa Yahudi?
Ketika seluruh dunia mengancam bangsa Yahudi maka menetap di Palestina sama sekali bukan masalah bagi bangsa Yahudi, melainkan solusi.

     Insya Allaah untuk postingan berikutnya saya akan membahas tentang sepak terjang kelompok-kelompok yahudi sebelum Israel berdiri di tanah Palestina.





Wednesday 1 October 2014

BARACK HUSEIN OBAMA, ZIONISME & MIDDLE EAST

    Sejak Barack Husein Obama terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-44, dunia ingin merasakan angin perubahan. Dunia berharap banyak pada Obama, setidaknya dia bisa merealisasikan janji-janjinya saat kampanye yaitu change (perubahan). Obama diharapkan mampu merubah citra AS di mata dunia. Sayangnya harapan itu hanya harapan kosong. AS bukanlah negara demokratis sebagaimana mereka dengungkan. Pemilu di AS hanyalah dagelan politik murahan buatan Zionis Yahudi. Siapapun yang akan menjadi presiden di AS harus mendapat restu Zionis Yahudi, begitupun dengan Barack Obama. Sehingga mengharap pada Obama sama dengan mengharap pada yahudi. Hampir seluruh sepak terjang presiden AS merupakan refleksi kepentingan Zionis Yahudi, presiden hanyalah "wayang" yang dikendalikan oleh Zionis Yahudi.

   Di AS, Zionis Yahudi menanamkan hegemoninya begitu dalam. Seluruh kegiatan politik AS, baik di dalam maupun di luar akan dipantau secara langsung oleh lembaga lobi yahudi yaitu American Israel Public Affairs Committee (AIPAC). Lembaga resmi ini didirikan tahun 1950-an. Kelompok lobi ini dibangun oleh komunitas Yahudi Amerika untuk menjaga kepentingan Negara Yahudi Israel. AIPAC memiliki lima atau enam pelobi resmi di Kongres dengan staf berjumlah 150 orang, dengan dukungan budget tahunan sebesar 15 juta dollar AS. Dana yang antara lain mereka kumpulkan dengan cara memeras diaspora Yahudi yang tinggal di AS. Mereka mengeksploitasi perasaan bersalah para diaspora yang dianggap hidup enak di negeri orang, sementara saudaranya yang tinggal di Israel setiap hari harus berhadapan dengan Intifada atau bom bunuh diri dari kelompok pejuang Palestina.
Selain AIPAC ada juga Conference of Presidents of Major Jewish Organizations (CPMJO). Menurut riset National Journal pada Maret 2005 dan Forbes pada 1997, dalam hal melobi Washington, AIPAC hanya kalah oleh Asosiasi Pensiunan AS. Mereka didukung tokoh-tokoh terkemuka Kristen Evangelis seperti Gary Bauer, Jerry Falwell, Ralph Reed, Pat Robertson yang bernaung di bawah bendera The American Alliance of Jews and Christians (AAJC). Kelompok ini muncul pada Juli 2002 dipimpin Bauer dan Rabi Daniel Lapin. Bahkan dua bulan setelah AAJC berdiri, Dick Armey seorang Kristen Zionis yang merupakan mantan orang kuat di parlemen secara terbuka mengungkapkan, "Prioritas utama saya dalam kebijakan luar negeri adalah melindungi Israel."
George Sunderland, nama pena anggota Kongres AS, dalam situsnya www.counterpunch.org menulis lobi Israel di Kongres terus menguat dari tahun ke tahun, pemain utamanya AIPAC. "Bukan cuma karena uang yang mereka berikan (kepada para politikus), mereka juga bisa menghukum secara politis," tulisnya.
Gagalnya senator dari Illinois, Charles Percy, kembali ke Capitol Hill pada 1984 diduga karena lobi AIPAC. Mereka marah gara-gara Percy mendukung penjualan pesawat pengintai Awacs kepada Arab Saudi dan mengkritik Israel. Tom Dine selaku Direktur Eksekutif AIPAC mengisyaratkannya dalam sambutan di Toronto pada tahun yang sama. "Semua orang Yahudi bersatu untuk menyingkirkan Percy, ini pesan bagi para politisi Amerika," katanya.

   Di pemerintahan, lobi Yahudi Zionis menancapkan kukunya dengan membantu biaya kampanye kandidat baik dari Partai Republik maupun Partai Demokrat. Pada tahun 2000 Jerusalem Post melaporkan bahwa Yahudi menyumbang 50% dana kampanye Bill Clinton pada 1996. Pada tahun 2003 Washington Post menghitung ada 60% dari dana kampanye para calon presiden Demokrat berasal dari pengusaha Yahudi. Jimmy Carter pun pernah dibuat keder oleh kelompok lobi. Carter sebenarnya ingin mengangkat George Ball yang kritis terhadap Israel sebagai Menteri Luar Negeri, tapi takut akan lobi Israel dia akhirnya hanya menjadikan Ball wakil Menlu.

  Michael Massing di The New York Review of Book Edisi 8 Juni 2006 menulis bahwa kebijakan AIPAC sangat bergantung pada para direkturnya yang dipilih berdasarkan kekayaan. Yang paling berpengaruh adalah Robert Asher, Edward Levy, Mayer Mitchell, dan Larry Weinberg yang dikenal dengan nama "Gang of Four". Menurut editor di Columbia Journalism Review, keempat pengusaha kaya-raya tersebut tak peduli terhadap mayoritas Yahudi di AS yang cinta damai.

  Selain memenangkan dukungan AS atas konflik Palestina, prestasi terbesar lobi Israel adalah memaksa AS menginvasi Irak. Perang tersebut didorong oleh niat menciptakan situasi lebih aman bagi Israel di Timur Tengah. Demikian fakta yang dipaparkan Philip Zelikow, mantan anggota badan penasihat presiden AS untuk urusan luar negeri. Menurut Zelikow, Irak sebenarnya tak mengancam AS, namun Israel. Bukti lain, tajuk mantan perdana menteri Ehud Barak dan Benjamin Netanyahu di Wall Street Journal yang mendesak pemerintah George W. Bush menindak Irak.

    Kuatnya lobi Israel di AS telah berhasil memaksa AS memberikan bantuan sebesar 3 Milliar Dolar Amerika pertahun kepada Israel, bantuan ini merupakan seperlima bantuan luar negeri AS. "Buku hijau" Badan AS untuk Pembangunan Internasional (USAID) mencatat hingga tahun 2003 total pinjaman dan hibah yang diterima Israel lebih dari US$ 140 miliar atau setara dengan Rp 1.260 triliun – dua kali lipat anggaran Indonesia pada tahun 2006.
Selain soal dana, dukungan AS juga diaplikasikan pada PBB. Tercatat sejak tahun 1972 sampai dengan tahun 2006 sudah ada 66 resolusi PBB yang berhubungan dengan eksistensi Israel di Palestina diveto AS. Ini belum termasuk resolusi setelah tahun tersebut plus resolusi terakhir saat Israel melancarkan agresinya di Gaza, Palestina.
Para pelobi juga menguasai media. "Komentator Timur Tengah (di AS) didominasi oleh orang-orang yang tak mampu mengkritik Israel," kata Eric Alterman, Profesor Inggris di Brooklyn College yang juga komentator media di MSNBC.com (Maret 2002). Dia mensurvei 66 komentator dan hasilnya hanya lima yang berani mengambil posisi proArab!

   Obama sendiri saat kampanye didukung penuh oleh Yahudi. Situs surat kabar Israel Haaretz pernah memuat laporan tentang tokoh-tokoh Yahudi AS yang memainkan peran penting dalam proses pemilu dan kampanye presiden di AS dibawah judul "36 Jews Who Have Shaped the 2008 U.S. Election".
Dari 36 nama tersebut terdapat nama-nama penggalang dana kampanye bagi Obama, diantaranya:
  1. Sheldon Adelson, seorang Republikan, neokonservatif dan seorang 'mega-donor'
  2. Sherry Lansing, seorang penggalang dana dan donatur utama Partai Demokrat, perempuan pertama yang memimpin Paramount Picture, salah satu studio film terkenal di Hollywood
  3. Eli Pariser, pemimpin situs MoveOn.org, situs advokasi online beraliran liberal yang menggalang dana untuk kandidat presiden dari Partai Demokrat
  4. Penny Pritzker, ketua nasional bidang keuangan kampanye Obama, seorang milyader berasal dari keluarga Yahudi yang dikenal kerap menjadi donatur besar
  5. Denise Rich, mantan istri milyader March Rich, seorang penggalang dana terbesar bagi Partai Demokrat
  6. Barbra Streisand, penyanyi terkenal yang menjadi ikon Yahudi-liberal dan penggalang dana bagi Yahudi, mendukung Obama dan berhasil menggalang dana sebesar 25.800 dollar dari kalangan selebritis Hollywood.
Data tersebut telah menjawab semua pertanyaan mengenai besarnya dana kampanye Obama saat itu. Dunia tahu bagaimana kampanye Obama yang menghabiskan jutaan dolar. Semua dana tersebut bukan berasal dari Partai Demokrat atau kantung pribadi Obama, melainkan sebagian dana adalah suntikan dari para donatur Yahudi. Sebagai imbalannya, Obama harus mendukung penuh seluruh kepentingan Yahudi baik di AS, Palestina dan dunia internasional.

   Mengingat begitu kuatnya lobi Yahudi Zionis di AS dan siapapun yang ingin menjadi presiden harus dapat restu Yahudi maka tak heran jika Obama harus meminta restu Yahudi dengan bersembahyang di Tembok Ratapan. Pada masa kampanyenya Obama banyak mengunjungi komunitas Yahudi dan Sinagog. Bahkan jauh-jauh hari sebelum ia mencalonkan diri menjadi presiden pada tahun 2006, Obama pernah berkunjung ke Israel dan menengok keluarga Israel yang rumahnya hancur akibat serangan roket Katyusha. Sebulan kemudian ketika pecah perang antara Hizbullaah dengan Israel, Obama dengan tegas mengatakan bahwa Israel berhak membela diri. Hal inilah yang membuat Obama dilirik yahudi ketimbang John McCain (rivalnya).
Kunjungan Obama saat kampanye ke Israel juga dilakukan ke permukiman Sidrot dekat Jalur Gaza yang menjadi sasaran kelompok perjuang perlawanan Palestina sebagai respon atas kejahatan Israel. Obama mengkritik “aksi terorisme” terhadap Israel, menunjuk perlawanan Palestina dan persenjataan Hizbullaah Libanon dan sistem pemerintahan Iran.

    Faktor lain yang membuat publik Yahudi menggantungkan harapannya pada Obama adalah sikap Obama terhadap kelompok pejuang Hamas di Palestina. Obama menolak Israel melakukan perundingan langsung dengan Hamas. Obama menyatakan akan bersikap tegas terhadap Hamas sampai Hamas mau mengakui eksistensi Israel. Obama juga menyalahkan para pemimpin Palestina yang dianggapnya sebagai penyebab penderitaan rakyat Palestina.

    Sebelum Pemilu di AS, Obama tidak mau bertemu dengan Asosiasi Muslim Amerika. Selain suara muslim tidak begitu signifikan, beliau tentu takut dengan tekanan Yahudi. Bagi Obama sendiri  kalau dia punya kedekatan negara Islam, justru itu akan menjadi kredit negatif. Itulah sebabnya dia matian-matian meyakinkan publik AS kalau Husein dalam namanya tidak ada hubungan apapun dengan Islam. Padahal sebenarnya nama tersebut memang berasal dari bahasa arab. Ayah kandung Obama adalah seorang muslim. Maka tidak aneh jika ada nama Husein dan Barack di nama lengkap Obama. Sayangnya ibu Obama adalah seorang Atheis dan kedua orang tua Obama harus berpisah. Seperti kita tahu ibu Obama menikah lagi dengan orang Indonesia dan kemudian mereka sempat tinggal di Jakarta, Obama bahkan sempat bersekolah di SD Menteng.

    Hal yang tak kalah menariknya adalah komposisi orang-orang di belakang Obama. Secara mengejutkan, pasca kemenangannya Obama memilih Rahm Emanuel, seorang mantan tentara Israel pada masa Perang Teluk sebagai Kepala Staff Gedung Putih. Emanuel dikenal sebagai seorang Yahudi garis keras sehingga dijuluki "Rahmbo" oleh lawan-lawan politiknya. Emanuel pula yang menemani Obama saat memberikan pidato pro-Israelnya di hadapan AIPAC sekaligus mengatur pertemuan antara Obama dan jajaran eksekutif AIPAC.
Selain Rahm Emanuel, Obama menunjuk Hillary Clinton – rivalnya saat konvensi - sebagai Menteri Luar Negeri. Seperti kita tahu Hillary adalah mantan ibu negara yang mendukung Israel. Para diplomat tahu bahwa sikap Clinton terhadap Suriah lebih keras dibandingkan Obama dalam kampanyenya. Bahkan ia pernah mengajukan saran pada pemerintah AS untuk memveto resolusi PBB yang dirasa merugikan Israel di Palestina. Tak heran jika Israellah yang paling berbahagia dengan terpilihnya Hillary Clinton sebagai Menlu kabinet Obama. PM interim Israel Ehud Olmert langsung mengucapkan selamat pada Clinton dan mengatakan bahwa Clinton adalah sahabat Israel dan orang-orang Yahudi.
Tak hanya Hillary, Obama juga mengangkat Robert Gates untuk tetap pada posisinya sebagai Menteri Pertahanan AS. Warna pemerintahan George W. Bush yang beraroma Yahudi dengan tindakan terornya tetap jelas terlihat melalui Gates, walaupun mungkin pendekatannya tidak seekstrim Bush.

    Dalam urusan Timur Tengah, sikap pemerintahan Obama sudah jelas yaitu mendukung sepenuhnya Israel. Sebelum resmi menjabat sebagai Menlu, Hillary sudah menyampaikan pandangannya soal Israel. “Mengenai Israel, anda tidak dapat berunding dengan Hamas hingga kelompok itu melepaskan kekerasan, mengakui Israel dan setuju untuk mematuhi perjanjian pada masa lalu. Itu benar-benar bagi saya absolut," Clinton mengatakan pada dengar pendapat pengesahan jabatannya di Senat.
"Itulah sikap pemerintah AS, itulah sikap presiden terpilih," katanya setelah seorang senator memberi kesan bahwa naif dan tidak logis untuk berdiplomasi dengan pemerintah yang menentang Israel.

    Fakta di atas memberikan gambaran pada kita kemana arah pemerintahan Obama yang telah berjalan dua periode ini. Eksistensi Yahudi Zionis di AS dan Palestina akan semakin kuat sekuat dukungan AS.
Amerika akan tetap seperti amerika yang dulu. Secara membabi buta mendukung israel. Dan akan terus memberikan bantuan dana pada israel yang setiap tahunnya sebesar $3 miliar. Negara yang akan terus memveto resolusi PBB yang dianggap mengancam eksistensi israel di palestina.
Pada tahun 1789 Benjamin Franklin pernah mengingatkan bahaya yang akan ditimbulkan oleh Yahudi di kemudian hari jika mereka dibiarkan berada di Amerika. “Di sana ada bahaya besar yang mengancam Amerika. Bahaya itu adalah orang-orang Yahudi. Di bumi manapun orang Yahudi itu berdiam, mereka selalu menurunkan tingkat moral kejujuran dalam dunia komersial. Jika orang-orang yahudi tidak disingkirkan dari amerika dengan kekuatan undang-undang, maka dalam waktu 100 tahun mendatang mereka akan menguasai dan menghancurkan kita dengan mengganti bentuk pemerintah yang telah kita perjuangkan dengan darah, nyawa, harta, dan kemerdekaan pribadi kita”, paparnya.
Sekarang ramalan tersebut telah terbukti sehingga sulit bagi kita mengharapkan Obama menyelesaikan konflik di timur tengah khususnya Palestina secara bijak apalagi yang sifatnya menguntungkan Palestina. Memberikan solusi positif bagi palestina yang sifatnya menguntungkan palestina umumnya dan Pemerintahan Hamas khususnya berarti akan mengancam eksistensi Israel. Dan itu tidak akan pernah dibiarkan oleh lobi-lobi Israel di Washington. Obama harus membayar hutang pada para pendukungnya yang telah mengantarkannya menjadi orang nomor satu AS. Jika tidak, bersiaplah untuk menerima konsekuensinya. Hal seperti ini akan terus berlanjut pada presiden-presiden pasca Obama sampai lobi Yahudi Zionis benar-benar hilang dari AS sebagaimana harapan Benjamin Franklin. So, jangan heran jika di negara lain pun termasuk negara kita juga sudah dicengkeram oleh kekuatan konspirasi Yahudi Zionis.




[Tulisan ini dikutip dari tulisan Supriyadi, S.Si di eramuslim.com, dengan berbagai perubahan/ penyesuain oleh penulis]