| Home | Book-Literature | Inspiring-Religion | Economy-Business | Social-Cultural-Languange | Politics-Conspiracy | Health-Sport | Music-Movie | Femininity-Parenting |

Thursday 2 October 2014

YAHUDI BANGSA YANG TERKUCILKAN DARI EROPA

   “Dapatkah bangsa Yahudi tinggal di Eropa?” Mendengar pertanyaan ini, agak sulit untuk percaya, namun setelah 70 tahun berlalu dalam ketenangan, apakah memang masih ada tempat untuk eksistensi Yahudi di Eropa? Apakah tahun ini, bangsa Yahudi bisa tinggal di daratan ini, dalam sebuah komunitas tersendiri? Jawabannya, tersimpan di balik beberapa kejadian dan peristiwa yang terjadi berkaitan dengan bangsa Yahudi yang berdiaspora. Jangankan dalam sebuah komunitas secara perorangan pun, tingkah laku dan sifat mereka yang sejak dulu memang selalu tidak disukai.

     Pada masa yang lampau seorang Yahudi tidak bisa lagi berjalan tenang dengan menunjukan identitas keyahudiannya. Mereka tak lagi leluasa mengunjungi institusi Yahudi yang tidak dijaga oleh keamanan dan polisi, mereka sering merasa ketakutan dan akhirnya memilih untuk tidak keluar rumahnya. Mereka akan terus begitu dan hanya bisa ceria lagi manakala bertemu dengan kolega mereka, di sekolah, atau beberapa tempat lain. Di situlah mereka akan bisa memperlihatkan identitas diri mereka.
Turki, Prancis, dan Inggris seakan berubah menjadi neraka bagi orang Yahudi. Mereka harus menyembunyikan Bintang David dan pakaian unik mereka, dan sinagog sama sekali bukan tempat perlindungan yang baik. Jika kita amati, di Turki dan Itali, setiap toko yang dimiliki oleh orang Yahudi selalu saja dijaga oleh polisi. Perlahan-lahan bangsa Yahudi dipaksa pada sebuah kenyataan bahwa mereka adalah  suatu kaum yang diasingkan. Pengamat Israel menyimpulkan, Yahudi sekarang dalam keadaan ketakutan, malu dan patuh.

     Kebencian Eropa terhadap bangsa Yahudi sebenarnya mempunyai akar sejarah ratusan tahun. Sejak lama di berbagai negara Eropa, bangsa Yahudi mengalami diskriminasi. Penolakan mereka untuk beralih menjadi Kristen menyebabkan mereka dikucilkan dan tidak diterima sebagai warganegara. Mereka dipandang sebagai bangsa ingkar yang sudah dibuang Tuhan dan dicerca sebagai pembunuh Yesus. Penolakan mereka untuk memuliakan raja menyebabkan patriotisme mereka diragukan. Sedangkan di Eropa, hampir separuhnya menganut sistem monarki. Tidak heran jika mereka dilarang memiliki tanah dan banyak pekerjaan tertutup bagi mereka.

     Pada abad pertengahan, orang Yahudi hanya boleh tinggal di bagian-bagian khusus kota yang disebut ghetto, perkampungan yang dikelilingi tembok dan gerbangnya dikunci pada malam hari. Penghuni ghetto dilarang keluar pada hari-hari tertentu, misalnya pada hari wafatnya Yesus.
Kebencian yang tertanam tersebut sewaktu-waktu meledak menjadi kerusuhan luas berupa penjarahan dan pembantaian. Pada masa Perang Salib pertama tahun 1096, bangsa Yahudi mengalami pembantaian besar-besaran di Lembah Rhein. Pada akhir abad ke-13 orang Yahudi diusir secara besar-besaran dari Inggris,dan pada akhir abad ke-14 dari Prancis. Tahun 1492 pengusiran terbesar terjadi di Spanyol. Kepada orang Yahudi diberi dua pilihan, beralih memeluk agama Kristen atau angkat kaki. Hampir 150 ribu orang meninggalkan Spanyol, pindah ke negara-negara Islam di sekitar Laut Tengah. Yang tinggal mengalami penindasan karena ternyata hanya berpura-pura memeluk agama Kristen. Banyak diantara mereka yang dihukum bakar.

     Keadaan pemeluk Yahudi membaik seiring dengan revolusi dan kebangkitan kapitalisme di Eropa. Tahun 1743 pemeluk Yahudi di Inggris diakui sebagai warga negara. Bahkan di masa Ratu Victoria, seorang Yahudi bernama Benjamin Disraeli menjadi perdana menteri. Revolusi Perancis mengubah kehidupan orang Yahudi. Untuk pertama kalinya setelah seribu tahun mereka diakui sebagai warga negara tempat mereka tinggal.
Lantas bagaimana dengan keamanan di negeri-negeri Eropa ini?  
Anti-Semitisme adalah fenomena Eropa, dengan jutaan orang yang sekarang tersebar di daratannya dan memantik konflik dengan Israel dan Yahudi. Krisis ekonomi global menjadi isu pendukung bahwa Yahudi memang penyebab semuanya. Trend ini berkembang pesat di seluruh dunia bahkan kondisi Israel persis seperti dulu – terpojok dan terkucilkan.

     Setelah Perang Dunia II, Yahudi selalu menempel di negara-negara yang kaya. Tapi Yahudi sekarang mempunyai negara; negara yang kaya dan sukses dengan standar Eropa. Pendapatan perkapita penduduk Inggris saat ini adalah $39,000 dan Israel sudah mencapai $29,000! Israel bahkan sekarang sudah menjadi 10 negara terkaya di dunia. Kini, ketika Anti-Semit meluas, pemerintah Israel sudah menyerukan semua bangsa Yahudi di Eropa untuk menetap di Israel (tanah rampasan hasil menjajah Palestina).
Pemerintah Israel menegaskan pada warganya bahwa mereka memiliki tanah air, jadi mengapa harus menjadi warga negara kelas dua di negeri lain? Mengapa menjadi takut akan identitas Yahudi? Jika saja orang Yahudi mau tinggal di Palestina maka nasib 750.000 anak-anak Yahudi yang tersebar di Eropa Barat akan mempunyai masa depan yang jelas. Inilah tujuan obyektif dari Zionisme. Bukankah ketika datang pertama kali ke tanah ini, Zionisme begitu menginginkan rumah pelindung untuk bangsa Yahudi?
Ketika seluruh dunia mengancam bangsa Yahudi maka menetap di Palestina sama sekali bukan masalah bagi bangsa Yahudi, melainkan solusi.

     Insya Allaah untuk postingan berikutnya saya akan membahas tentang sepak terjang kelompok-kelompok yahudi sebelum Israel berdiri di tanah Palestina.





No comments:

Post a Comment